Nikah Muda: Mulai dari Ketidakstabilan Emosi hingga Kesenjangan Ekonomi

 

        Menikah bukan suatu perkara mudah yang dapat dibicarakan hanya dalam rentang waktu yang singkat. Menikah membutuhkan berbagai kesiapan dan kematangan mulai dari finansial dan materi hingga hal paling dasar, mental dari pasangan. Menikah seakan menjadi suatu momok menakutkan bagi setiap pasangan yang tidak memiliki kesiapan didalamnya. Namun tak ayal,  banyak pernikahan yang terjadi secara tiba-tiba karena satu dan dua hal yang tidak dapat dikendalikan salah satunya adalah nikah muda. Nikah muda yang mana setiap pasangannya memiliki keterikatan umur yang masih terbilang cukup belia untuk dapat melangsungkan pernikahan yang nantinya akan saling mengikat antara keduanya. Berbagai jenis faktor seperti faktor ekonomi hingga faktor kurang edukasi menjadi salah satu faktor mendasar mengapa nikah muda begitu menjamur di masyarakat kita. 

        Nikah muda juga menimpa salah satu warga keturunan Dayak, Ibu Ina (Nama Samaran). Wanita yang tinggal di desa Taringen, Provinsi Kalimantan Tengah tersebut menikah di usia yang cukup belia, yaitu usia 17 tahun. Berdasarkan kisah bu Ina sendiri, beliau memutuskan untuk menikah di usia yang sangat dini karena beliau tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarga yang membuat mereka harus pergi bekerja dan tinggal di rumah keluarga yang lain. Selain itu beliau merasa kesepian dan ingin kembali ke kampung halaman. Ibu Ina berpikir dengan menikah akan membebaskannya dari situasi tersebut. Meski dulu orangtua tidak setuju, bu Ina tetap memutuskan untuk menikah di usia dini, dengan diwalikan oleh kakek nenek beliau.

        “Ya, saya pikir kalau nikah ya enak. Engga tinggal di rumah orang, kerja di rumah orang, tapi ya ternyata engga. Habis nikah ya banyak yang diurus, banyak masalahnya sendiri juga.” ujar bu Ina diakhiri gelak tawa.

        Ternyata berumah tangga tidak semudah itu. Bu Ina sendiri harus banyak belajar dan mengalah dalam hubungan rumah tangganya. Di awal pernikahan pun, beliau mengalami banyak konflik dengan suami karena masa itu keduanya masih sangat muda dan belum siap secara mental untuk menikah. Dari kisah bu Ina sendiri, banyak hal yang disayangkan dan disesali terjadi akibat pernikahannya. Seperti pendidikan yang harus terputus yang membuat bu Ina tidak bisa menggapai mimpinya juga kemudian kehilangan kebebasan beliau karena harus menjalani peran dan kewajiban sebagai ibu rumah tangga di usia yang masih belia. Menurut pengalaman beliau juga, penyebab terbesar konflik dalam pernikahan mereka di masa itu adalah kondisi ekonomi yang kurang baik. Meski pernikahannya digejolak banyak masalah dan rintangan, pada akhirnya kondisi semakin stabil oleh kegigihan dan kesabaran dari bu Ina. Wanita yang kesehariannya  menjadi ibu rumah tangga itu pun kini sibuk membantu usaha suami. 

         “Kalau mau nikah di usia muda ya, terbilang belum matang pemikirannya, coba dipikir baik-baik lagi. Siap nggak? Situasi ekonomi bagaimana? Jangan berpikir nikah itu jalan keluar kaya saya. Nikah itu harus siap mental, siap finansialnya juga.” pesan bu Ina bagi anak-anak muda zaman sekarang yang ingin menikah di usia dini.




Penulis : Anatia, Agustin, Rosa

Post a Comment

Halaman Sebelumnya Halaman Selanjutnya